Kamis, 08 Januari 2009

Guncangan berpengaruh kepada otak bayi

Cologne, Jerman (dpa) - Orang tua yang emosi dengan tangisan anak, harus berpikir ulang sebelum bertindak kasar yang mengakibatkan penyesalan. Menguncang-guncang bayi menangis ternyata dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah bahkan kematian.

DPA mengutip asosiasi dokter anak se-Jerman yang mengemukakan bahwa orang tua yang sedang emosi kepada anaknya harus segera meninggalkan ruangan atau menghitung hingga angka 10 lalu menghirup nafas dalam-dalam.

Seorang dokter anak dapat menyarankan klinik rawat jalan terdekat untuk menggampangkan hubungan orang tua dengan "bayi yang sulit".

Rata-rata sekitar 100 bayi di Jerman setiap tahun mengalami kerusakan parah di otak karena mereka diguncang-guncang pengasuhnya, yang hampir di semua kasus, "terlalu terbebani".

Laporan mengenai angka tersebut berdasarkan sensus dari unit penyakit langka anak-anak di Jerman.

Asosiasi dokter anak di Jerman memperkirakan angka bayi yang mengalami trauma akibat diguncang-guncang, sebenarnya lebih tinggi lagi.

Para ahli mengemukakan bahwa faktor risiko atau pemicu trauma diguncang-guncang adalah tangis yang sejadi-jadinya. Kerusakan otak akibat terlalu kuatnya guncangan adalah penyebab terbesar kematian anak berusia enam hingga 12 bulan.

"Kepala bayi secara proporsional lebih besar dan posisi otak relatif lebih tinggi dengan jumlah cairan yang banyak," kata profesor Hans-Juergen Nentwich, anggota dewan direktur asosiasi tersebut.

"Guncangan keras selama lima detik saja sudah cukup untuk merusak fungsi-fungsi otak."

Robeknya pembuluh darah dan saraf menyebabkan pendarahan dan kerusakan pada otak.

Lebih dari dua pertiga anak yang mengalami trauma guncangan mengalami kerusakan penglihatan secara permanen, tuli dan bisu. Seperempat dari jumlah itu meninggal akibat cedera tersebut, kata Juergen Nentwich

Tidak ada komentar:

Posting Komentar