Sabtu, 17 Januari 2009

Isu tentang minyak goreng...

Isu beredarnya minyak goreng bekas restoran cepat saji yang dicampur dengan minyak goreng curah di pasar-pasar, membuat sebagian konsumen merasa khawatir.

Mereka setengah tak yakin pada isu tersebut. Ada pula keraguan, minyak yang dibeli dari pasar juga telah dicampur dengan jelantah tersebut.

Kekhawatiran konsumen bisa dimengerti, mengingat minyak goreng di pasaran, baik minyak goreng kemasan maupun minyak goreng curah, tidak memiliki standar warna baku. Ada minyak goreng yang putih kekuningan, ada yang kuning keemasan, ada yang cenderung oranye, dan ada juga yang berwarna kemerahan.

Selain itu, tampilan minyak goreng pun ada yang jernih dan ada juga yang keruh. Sebagian orang menganggap, semakin jernih warna minyak goreng, berarti semakin bagus. Sementara sebagian konsumen lain cenderung memilih yang berwarna putih kekuningan atau kuning keemasan.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Thomas Dharmawan mengakui bahwa memang ada minyak bekas restoran cepat saji yang dijual lagi. Namun, penggunaannya tidak diperuntukkan untuk keperluan konsumsi manusia.

"Biasanya minyak jelantah itu dipakai untuk bahan baku obat nyamuk, makanan hewan, biodiesel, dan sebagainya. Tetapi tidak dijual lagi untuk konsumsi orang," kata Thomas menegaskan.

Kalaupun ada kebocoran, misalnya ada jelantah yang diproses lagi, lalu dijual untuk konsumsi manusia, menurut dia, jumlahnya tidak signifikan. Ini mengingat jumlah jelantah itu sendiri juga tidak terlalu besar.

"Jumlah restoran cepat saji juga tidak banyak. Kalaupun mereka menjual lagi jelantahnya, sudah ada pembeli rutin yang menampung. Itu pun dengan syarat tidak untuk diproses guna konsumsi manusia," ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar