Jumat, 09 Januari 2009

"Makanlah Pisang Jika Ingin Anak Laki-laki"

Sengaja bercinta pada bulan purnama, menghindari atau justru melakukan gaya tertentu saat berhubungan badan, banyak dilakukan pasangan yang ingin memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.

Mitos-mitos tersebut belum pernah dapat dibuktikan kebenarannya dari segi ilmu pengetahuan, namun satu tim peneliti membuktikan hubungan antara makanan sang calon ibu dengan jenis kelamin bayi dalam kandungannya.

Penelitian dari universitas Exeter dan Oxford itu menemukan bahwa perempuan yang diet rendah kalori dan tidak sarapan saat masa pembuahan, punya kemungkinan lebih besar melahirkan bayi perempuan.

Penelitian yang diterbitkan dalam suatu jurnal pada pertengahan pekan ini juga menyebutkan bahwa ibu dengan asupan energi lebih tinggi punya kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi laki-laki.

"Penelitian ini mungkin membantu untuk menjawab pertanyaan, mengapa di negara maju, dengan kaum perempuan muda yang umumnya diet rendah kalori, jumlah bayi laki-laki makin sedikit," kata Fiona Mathews, pemimpin penelitian tersebut sebagaimana dikutip berbagai media dan situs berita.

Menghindari sarapan mungkin diterjemahkan tubuh sebagai isyarat rendahnya ketersediaan makanan sehingga membuat tubuh menekan kadar gula darah.

Jenis kelamin secara genetik ditentukan oleh sang ayah, dan diketahui pula bahwa kadar glukosa yang tinggi akan mendorong pertumbuhan serta perkembangan embrio laki-laki sekaligus menghalangi embrio perempuan. Hal yang belum jelas adalah mekanisme persis dari proses tersebut.

"Sang ibu sepertinya bisa mempengaruhi sperma atau sel telur sejak tahap awal, bahkan kemungkinan sebelum berada di rahim." kata Mathews, peneliti dari Universitas Exeter.

"Kami juga bisa membenarkan dogeng ibu-ibu zaman dulu bahwa makan pisang hingga punya asupan potasium yang banyak ada kaitannya dengan mengandung bayi laki-laki." lanjut Mathews.

Menurut dia, yang belum terbukti adalah mitos minum banyak susu agar punya bayi perempuan. "Bahkan sebaliknya, minum banyak susu berarti makin banyak kalsium masuk sehingga lagi-lagi kemungkinannya lebih besar memiliki bayi laki-laki."

Mathews menyatakan tidak perlu membedakan energi yang didapat berasal dari karbohidrat atau lemak. "Yang penting, berapa jumlah kalori yang didapat."

Mereka yang makan sekitar 2.200 kalori per hari memiliki kemungkinan punya bayi laki-laki 1,5 kali lebih besar dibanding calon ibu yang makan sekitar 1.850 kalori per hari.

Para ilmuwan memperingatkan para calon perempuan hamil agar tidak mengkonsumsi garam secara berlebih jika mengubah makanan mereka karena dapat membahayakan.

Jika ingin punya anak laki-laki, lanjut dia, makan sereal setiap hari dalam batas wajar serta potasium, kalsium, sodium secukupnya ditambah asupan protein, merupakan salah satu pilihan yang baik.

Mathews dan koleganya mempelajari 740 perempuan Inggris yang sedang hamil pertama. Para peneliti tersebut menemukan bahwa 56 persen dari kelompok yang tertinggi tingkat asupan energinya ternyata mengandung anak lelaki, sedangkan kelompok dengan asupan energi terendah, hanya 45 persen yang mengandung bayi lelaki.

"Perempuan yang mengandung bayi laki-laki juga lebih tinggi 300mg dalam konsumsi asupan potasium. Jadi makanan seperti pisang adalah baik," katanya.

Sebagian peneliti sejak bertahun-tahun lalu telah memperingatkan adanya perubahan rasio jenis kelamin di negara-negara maju. Ketika itu yang dituding sebagai penyebab adalah polutan dan bahan kimia sintetis, misalnya beberapa pestisida, karena hal itu mengganggu hormon manusia.

Penelitian itu tidak menemukan bukti hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kebiasaan merokok atau minum kafein dari sang ibu. Tidak ditemukan pula adanya hubungan antara indeks massa tubuh (BMI) si ibu dengan jenis kelamin anaknya.

Penemuan terbaru itu diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.

Namun, professor Stuart West, dari Edinburgh University, mengingatkan kaum perempuan untuk sangat berhati-hati jika menerapkan pola makan tertentu dalam usaha mempengaruhi jenis kelamin bayi dalam kandungan.

Dia menyatakan penelitian-penelitian serupa yang dilakukan kepada hewan menunjukkan banyaknya variasi efek dari langkah tersebut, karena itu studi Mathews dan para koleganya masih harus didalami lebih lanjut.

"Mengubah pola makan akan berdampak pada kesehatan ibu dan anak," katanya.

West mengemukakan, efek makanan terhadap jenis kelamin bayi seperti dalam penelitian itu sebenarnya relatif kecil.

Pernyataan West senada dengan Dr Allan Pacey, ahli kesuburan dari University of Sheffield.

"Saya mengimbau kaum perempuan jangan mencoba sengaja membuat dirinya kelaparan untuk mempengaruhi jenis kelamin bayinya," kata Pacey.

"Sudah terbukti bahwa perubahan kecil dalam pola makan dapat berdampak panjang pada hidup keturunannya, jadi sangat penting bahwa seorang ibu makan gizi yang cukup saat pembuahan dan selama kehamilan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar