Selasa, 13 Januari 2009

Si Manis, Peracun Anak >.<

Nyaris 1 juta dolar AS uang riset digelontorkan, sementara lebih dari
1.900 ekor tikus dilibatkan. European Ramazzini Foundation on
Oncology
and Enviromental, lembaga riset terkemuka di Italia itu, ingin
membuktikan, apakah betul Aspartam sejenis pemanis buatan itu
berbahaya bagi kesehatan.

Ramazzini tidak keliru. Bahkan, fakta yang mereka kantongi jauh lebih
lebih mengerikan ratusan tikus telah siap menunggu ajal. Aspartam,
pemanis nonkalori yang memiliki tingkat kemanisan 200 kali gula itu,
membikin tikus-tikus tadi langsung dihajar kanker mematikan. Riset
yang digelar pertengahan 2005 lalu itu membuat Uni Eropa kian yakin
dengan keputusan mereka melarang penggunaan pemanis buatan pada
produk
makanan. Jajanan anak-anak, terutama. Jepang, Malaysia, Brunei,
Vietnam, langsung mengekor langkah Uni Eropa. Mereka haramkan pula
Siklamat, jenis pemanis buatan yang diduga dapat memicu kanker.
Bagaimana Indonesia?

Alih-alih dilarang beredar, produk-produk ini sejak lama menjadi
kawan
akrab anak-anak SD. Mudah ditemui di warung-warung, bahkan dijajakan
secara besar-besaran di supermarket. Survei Lembaga Konsumen Jakarta
(LKJ) sepanjang Juni hingga Juli di sejumlah titik di DKI Jakarta
membuktikan hal itu.

''Dari 49 sampel yang kami ambil, lebih dari separuhnya mengandung
pemanis buatan dalam konsentrasi tinggi,'' kata Lies Permana Sari.
Anggota tim peneliti LKJ itu, kemarin (9/8), membeberkan temuan
mereka
yang telah dikonfirmasi laboratorium Sucofindo.

Disebut berkonsentrasi tinggi, sebab produk ini memuat kadar gula
berlipat-lipat. Selain mengandung gula murni, produk tadi juga
ditambahi pemanis. Padahal Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
jelas-jelas mengatakan, pemanis buatan hanya digunakan pada pangan
rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Adapun sampel-sampel
yang disisir LKJ meliputi produk jelly, permen, dan minuman. Ini
produk jajanan anak-anak. ''Kami sengaja memilih jenis itu,'' dia
menambahkan. Ada 25 merek jelly, 16 merek minuman serbuk, dan delapan
merek permen. Kelebihan zat pemanis ditemukan bukan hanya pada
merek-merek tak terkenal, tetapi juga brand-brand yang sering nongol
di layar televisi.

Bukan cuma mengandung konsentrasi pemanis tinggi, produk itu juga
seperti berupaya menyembunyikan sesuatu. Beberapa produk, seperti
Okky
Jelly Drink, Okky Bolo Drink, Happydent White, Yulie Jelly, Donna
Jelly, Lotte Juicy Fresh, Vidoran Freshdrink, Naturade Gold, dan
Mariteh Instant, tidak mencantumkan batas maksimum penggunaan pemanis
buatan Aspartam.

Ini, menurut Lies, menyangkut perkara cukup penting. Riset European
Ramazzini Foundation tahun silam membuktikan bahwa pemanis buatan
Aspartam berisiko memicu kanker dan leukimia pada tikus percobaan
bahkan pada dosis pemberian Aspartam hanya 20mg/kg BB.

''Secara anatomis tikus mirip dengan manusia. Apa yang terjadi tikus
amat mungkin terjadi pula pada manusia,'' kata dr Nurhasan, anggota
tim riset LKJ. Karena itu pencantuman komposisi pemanis pada produk
amat penting, sebab ada acceptable daily intake (ADI) atau batas
jumlah pemanis yang boleh dikonsumsi seseorang sepanjang hidup.
Bahkan, kata dia, jauh-jauh hari riset BPOM pada November-Desember
2002 sudah menunjukkan bahwa konsumsi Siklamat sudah mencapai 240
persen ADI, sementara Sakarin pemanis buatan pemicu kanker kemih
sebanyak 12,2 persen nilai ADI. Tak pelak, kata Lies, anak-anak
merupakan konsumen yang paling rentan terhadap dampak negatif dari
pemanis buatan. ''Otak mereka masih berkembang,' ' terang dia. Beragam
riset menunjukkan bahwa pemanis buatan, terutama Aspartam, berpotensi
memicu keterbelakangan mental akibat penumpukan Fenilalanin menjadi
Tirosin pada jaringan syaraf.

Berbeda dengan tikus, efek dari pemanis buatan pada manusia memang
tak
mewujud seketika. Ia terus berakumulasi dan akan dipanen setelah si
anak beranjak dewasa. ''Karena itu, ini boleh dibilang silent
disease,'' tutur Lies seraya mengutip riset di Italia yang
menunjukkan
bahwa sudah ada bukti serangan kanker akibat konsumsi pemanis buatan.

Apa alasan produsen menaburi pemanis makanan? Sulit dipungkiri,
terang
Lies, ini terkait dengan upaya mereduksi ongkos produksi. ''Kalau
dengan sedikit pemanis saja sudah bisa menggantikan konsentarasi
gula,
kenapa tidak dipakai?,'' kata Lies seraya mengatakan bahwa Aspartam,
Sakarin, dan Siklamat memiliki tingkat kemanisan dari 30 hingga 300
kali gula,

Menurut tim LKJ, As'ad Nugroho, BPOM hingga saat ini berkeras pemanis
buatan masih aman dikonsumsi umum asalkan memenuhi komposisi. Apalagi
ada 50 negara yang masih memperbolehkan meski soal aman tidaknya
pemanis buatan masih diperdebatkan hingga detik ini. Pada
kenyataannya, terang dia, soal komposisi aman ini banyak produsen
yang
membandel.

''Saat minta izin BPOM, mereka memberikan produk yang komposisinya
tepat. Ke pasar, mereka meluncurkan produk yang lain,'' kata dia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar