Sabtu, 10 Januari 2009

Frekuensi detak jantung menggambarkan disipilin diri

Kekuatan diri mempunyai nilai yang hampir sama dengan kekuatan otot dan sebagian orang memiliki kekuatan diri yang lebih besar dibandingkan yang lain. Dan walaupun kita dilahirkan dengan kemampuan pengendalian diri, kita mungkin dapat melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kekuatan diri, demikian yang dikatakan oleh Dr. Suzanne C. Segerstrom.

Dr. Segerstrom dan Dr. Lisa Solberg Nes membuat hipotesa bahwa ragam frekuensi detak jantung seseorang dapat berperan dalam kekuatan pengendalian diri. Ragam frekuensi detak jantung dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatis yang bertindak sebagai penghambat sistem saraf simpatis yang bertanggung jawab dalam memicu respon takut terhadap ketinggian.

Segerstrom dan Nes meneliti 168 mahasiswa universitas dengan meminta mereka melakukan puasa selama 3 jam. Kemudian para mahasiswa diberikan sepiring wortel, kue kering coklat hangat, dan permen cokelat. Beberapa di antara mereka diminta untuk hanya memakan kue dan permen, sementara yang lain diminta untuk hanya memakan wortel.

Kemudian partisipan dalam penelitian tersebut diminta memecahkan sebuah serial anagram yang beberapa dianataranya sebenarnya tidak dapat dipecahkan.

Ragam detak jantung meningkat lebih tinggi pada mahasiswa yang hanya memakan wortel dibandingkan mereka yang memakan kue dan permen, hal ini menunjukkan bahwa mereka memberikan olah raga bagi ‘otot’ pengendalian dirinya. Dan mereka yang hanya memakan wortel lebih cepat menyerah dalam memecahkan anagram, yang menunjukkan bahwa mereka telah menggunakan kekuatan pengendalian diri yang lebih banyak selama tugas makan yang diberikan kepada mereka.

Orang yang menunjukkan ragam frekuensi detak jantung dalam penelitian tersebut juga bertahan lebih lama dalam uji angram.

Ketikakeletihan fisik terjadi, otot kita selalu memberitahukan, namun kita tidak pernah mengetahui tanda-tanda berkurangnya kekuatan pengendalian diri, ujar Dr. Segerstrom.

Tidak mungkin orang berjalan-jalan keluar dengan menggunakan monitor detak jantung untuk mengetahui kerentanannya terhadap berbagai pemicu, namun cara seperti itu dapat sangat membantu bagi orang yang memiliki masalah berat dalam pengendalian diri, misalnya pencandu alkohol atau perokok berat.

Mungkin kita dapat memperkuat ‘otot’ pengendalian diri dengan melakukan latihan fisik yang dapat meningkatkan kebugaran otot jantung dan dengan melatih otak untuk mendorong orang melakukan sesuatu yang sebenarnya enggan mereka lakukan secara rutin.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa usaha pengendalian diri dapat memperkuat kekuatan diri. “ Dalam satu sisi, ia bagaikan otot, yang semakin dilatih maka akan semakin kuat,” ujar Dr. Segerstrom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar